Jumat, 16 Mei 2014

BIOGRAFI DIDIK NINI THOWOK


TUGAS BAHASA INDONESIA
BIOGRFAFI DIDIK NINI THOWOK

NAMA                        : Luh Gede Rosica Dewi
KELAS                        : XI IPA 3
NO                        : 32

DIDIK NINI THOWOK



SANG PENARI CROSS GENDER INDONESIA


Didik Hadiprayitno, SST, laki-laki kemayu kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 13 November 1954, dan sekarang berumur 56 tahun. Beliau adalah  seorang penari, koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar.


Masa Kecil Didik Nini Thowok terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Karena sakit-sakitan orang tuanya mengubah namanya menjadi Kwee Tjoen An. Ayah Didik, Kwee Yoe Tiang, merupakan seorang peranakan Tionghoa yang "terdampar" di Temanggung sedangkan ibunya, Suminah, adalah wanita Jawa asli, asal Desa Citayem, Tjilatjap. Didik adalah sulung dari lima bersaudara (keempat adiknya perempuan). Setelah G30S/PKI, keturunan Tionghoa diwajibkan mengganti nama Tionghoa mereka menjadi nama pribumi sehingga nama Kwee Tjoen An pun menjadi Didik Hadiprayitno. Kehidupan masa kecil beliau penuh keprihatinan. Ayahnya bisnis jual beli kulit kambing dan sapi. Ibunya membuka kios di Pasar Kayu. Hidup bersama mereka adalah kakek dan neneknya. sehingga keluarga beliau harus hidup pas-pasan. Sebagai anak dan cucu pertama, beliau selalu dimanja oleh seluruh anggota keluarga. Selain itu, beliau tidak nakal seperti kebanyakan anak laki-laki seumurannya, beliau mengenal dunia tari karena sering menonton pertunjukan wayang orang yang berupa sendratari,sehingg beliau pun bertekad untuk mempelajari tari. Sayangnya perekonomian keluarga yang pas-pasan menyulitkan langkah beliau untuk belajar seni tari. Setelah lulus dari SMA, dengan berbekal keuletan dan tekad yang kuat untuk mempelajari seni tari akhirnya beliaupun bisa melanjutkan kuliahnya di ASTI ( Akademi Seni Tari Indonesi) walaupun untuk membiayai kuliahnya saja beliau harus menjadi pegawai honorer di Kabin Kebudayaan Kabupaten Temanggung dengan tugas mengajar tari di beberapa sekolah (SD dan SMP), serta memberi les privat menari untuk anak-anak di sekitar Temanggung. Karier Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
Selama karirnya, ia belajar menari kepada lebih dari 23 guru tari, seperti Ni Ketut Sudjani, I Gusti Gde Raka, Rasimoen, Sawitri, Ni Ketut Reneng, Kamini, Bagong Kussudiardjo, BRAy Yodonegoro, Sangeeta, Richard Emmert, Sadamu Omura, Jetty Roels, Gojo Masanosuke, serta beberapa nama maestro lain dari berbagai negara. Tak heran Didik menjadi begitu menguasai seni tari, terutama yang berbasis tradisi.

Penghargaan Penghargaan yang pernah diraih oleh didi nini towok adalah sebagai berikut :
o   Soedarpo Award by the Rotary Foundation Rotary International District 3400 (2005)
o   Kala Award by the Governor of Yogyakarta Special Territory (2002)
o   Indonesian Consulate of Kobe, Japan (1998)
o   Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Brunei Darussalam (1992)
o   Javanese Cultural Society of Surakarta (1993)
o   Yogyakarta Tourism Department (2000)
o   Indonesian Student Association of Newcastle, Great Britain (1994)
o   Cultural Award, Governor of Yogyakarta (1991)
o   Indonesian Student Association of Hiroshima, Kansai, Japan (1999)
o   Journalist Association of Yogyakarta (1993)
o   First Place Award, Ceremonial Make-up Competition, Yogyakarta (1977)
o   Indonesian Student Association of Belgium (1991)
o   Honors Student, Ministry of Education and Culture, Indonesia (1976)
o   Dan masih banyak lagi penghargaan yang telah diraih oleh beliau selama ini

Tarian yang diciptakan oleh beliau sebagai berikut :

a.     Dewi Sarak Jodag
Koreografi : Didi NIni Thowok
Penari : Didi Nini Thowok
Durasi : 19 minutes
Kisah Dewi Sarak Jodag diambil dari cerita Raden Panji. Menceritakan tentang Dewi Sarak Jodag ( adik dari Raja Klana ). Karena jatuh cinta pada Raden Panji, Ia merubah dirinya menjadi Dewi Chandrakirana , Istri Raden Panji. Tapi Raden Panji mengetahu tipu daya Dewi Sarak Jodag dan menolaknya. Karena merasa malu, ia berubah menjadi sosok yang mengerikan sebagai perwijudan dari rasa malu, marah dan derita. Dalam tarian ini, perubahan karakater dipertihatkan dari penggunaan topeng dan dibumbui sedikit unsur komedi.
b.     Tari Persembahan
Merupakan gabungan gerak tari Bali dan tari Jawa. Inilah tarian pertama yang diciptakan beliau, yang ternyata menjadi awal dari sekian banyak kreasi tari yang diciptakannya di masa depan
c.      Tari Batik
Di sinilah untuk pertama kalinya beliau tampil sebagai penari wanita. Berkebaya dan bersanggul, dengan luwes ia memamerkan gerakan-gerakan tari yang juga merupakan hasil karyanya sendiri itu
d.     Tari Dwimuka
Tari Dwimuka terinspirasi dari sebuah film dimana salah satu tokohnya menggunakan topeng di belakang kepalanya. Tari-tarian beliau biasanya penuh dengan atraksi komedi, yang mengundang decak kagum dan keceriaan penonton
e.    Tari Dwimuka Jepindo 1999
f.     Tari Kuda Putih tahun 1987
g.    Tari Topeng Nopeng tahun 1988
h.    Tari Topeng Walang Kekek ditahun 1980.
i.     Tari Golek Lambang Sari
Pada tahun itu juga Didik   mendirikan sanggar tari bernama Natya Lakshita yang artinya, tari yang berciri.
Pada tahun 2000 ketika mulai dikenal istilah cross gender, yakni identifikasi terhadap sebuah kemampuan yang melintasi batas-batas seksualitas. Didik bergabung dalam pertunjukan yang berjudul Impersonators, The Female Role Players in Asian Dance and Theater di Tokyo, Jepang. Dalam pertunjukan yang disponsori Japan Foundation ini, beliau bergabung dengan para penari Cross Gender dari Jepang, India, dan Cina. beliau sendiri punya mimpinya menggelar festival Croos Gender dan baru terwujud pada Desember 2004, bersama teman-temannya beliau mengadakan Festival Cross Gender di Yogyakarta dan mengundang para penari dari Jepang, India, dan Cina
Beliau kini hanya bisa bersyukur dan bersyukur. Rasa syukur itu ia wujudkan dengan mendirikan sebuah yayasan yang menyantuni biaya pendidikan lebih dari 60 anak. Bahkan sampai sekarang beliau masih ngamen di jalan Malioboro setiap Sabtu mencari dana untuk yayasannya sekaligus menyuarakan hak milik jalan kepada artis untuk berekspresi diri di depan umum.
Di usianya yang sudah kepala lima, kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia mengangkat seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aditya Awaras Hadiprayitno.
Menjadi saksi kebesaran Tuhan atas dirinya, beliau hanya bisa berkata, “Saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Bahkan sekarang tidak ada lagi yang bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan memang selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir, sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu lagi apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, Tuhan itu suka bercanda.”

Selesai
JJJJJJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar