TUGAS
BAHASA INDONESIA
BIOGRFAFI
DIDIK NINI THOWOK
NAMA :
Luh Gede Rosica Dewi
KELAS :
XI IPA 3
NO :
32
DIDIK
NINI THOWOK
SANG PENARI CROSS GENDER INDONESIA
Didik Hadiprayitno, SST, laki-laki kemayu kelahiran Temanggung,
Jawa Tengah, 13 November 1954, dan sekarang berumur 56 tahun. Beliau
adalah seorang penari,
koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar.
Masa
Kecil Didik Nini Thowok terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Karena
sakit-sakitan orang tuanya mengubah namanya menjadi Kwee Tjoen An. Ayah Didik,
Kwee Yoe Tiang, merupakan seorang peranakan Tionghoa yang "terdampar"
di Temanggung sedangkan ibunya, Suminah, adalah wanita Jawa asli, asal Desa
Citayem, Tjilatjap. Didik adalah sulung dari lima bersaudara (keempat adiknya
perempuan). Setelah G30S/PKI, keturunan Tionghoa diwajibkan mengganti nama
Tionghoa mereka menjadi nama pribumi sehingga nama Kwee Tjoen An pun menjadi
Didik Hadiprayitno. Kehidupan masa kecil beliau penuh keprihatinan. Ayahnya
bisnis jual beli kulit kambing dan sapi. Ibunya membuka kios di Pasar Kayu.
Hidup bersama mereka adalah kakek dan neneknya. sehingga keluarga beliau harus
hidup pas-pasan. Sebagai anak dan cucu pertama, beliau selalu dimanja oleh
seluruh anggota keluarga. Selain itu, beliau tidak nakal seperti kebanyakan
anak laki-laki seumurannya, beliau mengenal dunia tari karena sering menonton
pertunjukan wayang orang yang berupa sendratari,sehingg beliau pun bertekad
untuk mempelajari tari. Sayangnya perekonomian keluarga yang pas-pasan
menyulitkan langkah beliau untuk belajar seni tari. Setelah lulus dari SMA, dengan
berbekal keuletan dan tekad yang kuat untuk mempelajari seni tari akhirnya
beliaupun bisa melanjutkan kuliahnya di ASTI ( Akademi Seni Tari Indonesi)
walaupun untuk membiayai kuliahnya saja beliau harus menjadi pegawai honorer di
Kabin Kebudayaan Kabupaten Temanggung dengan tugas mengajar tari di beberapa
sekolah (SD dan SMP), serta memberi les privat menari untuk anak-anak di
sekitar Temanggung. Karier Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang
gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya,
ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi
dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan
Keluarga (AKK) Yogya.
Selama
karirnya, ia belajar menari kepada lebih dari 23 guru tari, seperti Ni Ketut
Sudjani, I Gusti Gde Raka, Rasimoen, Sawitri, Ni Ketut Reneng, Kamini, Bagong
Kussudiardjo, BRAy Yodonegoro, Sangeeta, Richard Emmert, Sadamu Omura, Jetty
Roels, Gojo Masanosuke, serta beberapa nama maestro lain dari berbagai negara.
Tak heran Didik menjadi begitu menguasai seni tari, terutama yang berbasis
tradisi.
Penghargaan
Penghargaan yang pernah diraih oleh didi nini towok adalah sebagai berikut :
o
Soedarpo Award by the Rotary
Foundation Rotary International District 3400 (2005)
o
Kala Award by the Governor of
Yogyakarta Special Territory (2002)
o
Indonesian Consulate of Kobe, Japan
(1998)
o
Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Brunei
Darussalam (1992)
o
Javanese Cultural Society of
Surakarta (1993)
o
Yogyakarta Tourism Department
(2000)
o
Indonesian Student Association of
Newcastle, Great Britain (1994)
o
Cultural Award, Governor of
Yogyakarta (1991)
o
Indonesian Student Association of
Hiroshima, Kansai, Japan (1999)
o
Journalist Association of
Yogyakarta (1993)
o
First Place Award, Ceremonial
Make-up Competition, Yogyakarta (1977)
o
Indonesian Student Association of
Belgium (1991)
o
Honors Student, Ministry of
Education and Culture, Indonesia (1976)
o
Dan masih banyak lagi penghargaan
yang telah diraih oleh beliau selama ini
Tarian yang diciptakan oleh beliau sebagai berikut :
a. Dewi Sarak Jodag
Koreografi : Didi NIni Thowok
Penari : Didi Nini Thowok
Durasi : 19 minutes
Kisah Dewi Sarak Jodag
diambil dari cerita Raden Panji. Menceritakan tentang Dewi Sarak Jodag ( adik
dari Raja Klana ). Karena jatuh cinta pada Raden Panji, Ia merubah dirinya
menjadi Dewi Chandrakirana , Istri Raden Panji. Tapi Raden Panji mengetahu tipu
daya Dewi Sarak Jodag dan menolaknya. Karena merasa malu, ia berubah menjadi
sosok yang mengerikan sebagai perwijudan dari rasa malu, marah dan derita.
Dalam tarian ini, perubahan karakater dipertihatkan dari penggunaan topeng dan
dibumbui sedikit unsur komedi.
b. Tari Persembahan
Merupakan gabungan gerak
tari Bali dan tari Jawa. Inilah tarian pertama yang diciptakan beliau, yang ternyata
menjadi awal dari sekian banyak kreasi tari yang diciptakannya di masa depan
c. Tari Batik
Di sinilah untuk pertama
kalinya beliau tampil sebagai penari wanita. Berkebaya dan bersanggul, dengan
luwes ia memamerkan gerakan-gerakan tari yang juga merupakan hasil karyanya
sendiri itu
d. Tari Dwimuka
Tari Dwimuka terinspirasi dari
sebuah film dimana salah satu tokohnya menggunakan topeng di belakang kepalanya.
Tari-tarian beliau biasanya penuh dengan atraksi komedi, yang mengundang decak
kagum dan keceriaan penonton
e. Tari
Dwimuka Jepindo 1999
f. Tari Kuda Putih tahun 1987
g. Tari Topeng Nopeng tahun 1988
h. Tari Topeng Walang Kekek ditahun 1980.
f. Tari Kuda Putih tahun 1987
g. Tari Topeng Nopeng tahun 1988
h. Tari Topeng Walang Kekek ditahun 1980.
i.
Tari Golek Lambang Sari
Pada
tahun itu juga Didik mendirikan
sanggar tari bernama Natya Lakshita yang artinya, tari yang berciri.
Pada tahun 2000 ketika mulai
dikenal istilah cross gender, yakni identifikasi terhadap sebuah
kemampuan yang melintasi batas-batas seksualitas. Didik bergabung dalam
pertunjukan yang berjudul Impersonators, The Female Role Players in Asian
Dance and Theater di Tokyo, Jepang. Dalam pertunjukan yang disponsori Japan
Foundation ini, beliau bergabung dengan para penari Cross Gender dari
Jepang, India, dan Cina. beliau sendiri punya mimpinya menggelar festival Croos
Gender dan baru terwujud pada Desember 2004, bersama teman-temannya beliau
mengadakan Festival Cross Gender di Yogyakarta dan mengundang para
penari dari Jepang, India, dan Cina
Beliau kini hanya bisa bersyukur dan bersyukur. Rasa syukur itu ia
wujudkan dengan mendirikan sebuah yayasan yang menyantuni biaya pendidikan
lebih dari 60 anak. Bahkan sampai sekarang beliau masih ngamen di jalan
Malioboro setiap Sabtu mencari dana untuk yayasannya sekaligus menyuarakan hak
milik jalan kepada artis untuk berekspresi diri di depan umum.
Di usianya yang
sudah kepala lima, kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia mengangkat seorang
bayi laki-laki yang ia beri nama Aditya Awaras Hadiprayitno.
Menjadi saksi kebesaran Tuhan
atas dirinya, beliau hanya bisa berkata, “Saya percaya, kesuksesan dan
kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Bahkan sekarang
tidak ada lagi yang bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya,
Tuhan memang selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir, sampai-sampai,
setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu lagi apakah saya harus menangis atau
tertawa. Memang, Tuhan itu suka bercanda.”
Selesai
JJJJJJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar